Susan Carland, Doktor Ilmu Politik di Monash University Ini Membalas Kebencian terhadap Islam dengan Sedekah

Susan Carland, Doktor Ilmu Politik di Monash University Ini Membalas Kebencian terhadap Islam dengan Sedekah

Susan Carland bersama kedua orangtuanya (atas). Susan bersama suaminya (bawah). (foto: detik.com)

Kamis, 19 November 2015 07:06 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Hampir semua hijabers memiliki cerita tersendiri pasca berhijab, termasuk Susan Carland. Susan merupakan tokoh penggerak komunitas muslim Australia yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media massa setelah berusaha mengubah kebencian haters menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Wanita yang bekerja sebagai dosen ilmu Politik dan Sosial di Monash University, Australia itu, menghadapi haters tidak dengan kekerasan. Susan memilih untuk beramal saat mendapatkan cacian dari haters di jejaring sosialnya. Ia mendonasikan $1 AUD dari setiap tweet para haters untuk anak-anak di seluruh dunia.

Susan mengatakan, banyak wanita berhijab yang masih mengalami sikap diskriminasi seperti dirinya di Australia. Di negara tersebut, Islam masih minoritas dan beberapa orang menganggapnya dengan sebelah mata.

Ibu dua anak itu bercerita bahwa dahulu ia bukanlah seorang muslimah. Susan berasal dari keluarga Kristen yang taat. Di usia 17 tahun, Susan memiliki resolusi salah satunya ingin mencari tahu tentang agama lain karena ia tidak pernah diberikan pelajaran oleh kedua orangtua mengenai keyakinan lain di luar Kristen.

Susan pun menceritakan resolusinya kepada sang ibunda. Kala itu sang ibunda menjawab, "Aku tidak peduli kamu melakukan apa pun bahkan menikah dengan narkoba sekalipun tapi tidak menikah dengan pria muslim," tegasnya.

Mendengar omongan ibu, Susan tidak pernah berpikir belajar tentang agama Islam. Ia melihat Islam agama yang ”keras”, kontroversial, dan asing. Namun di usia 19 tahun ia malah memilih masuk Islam.

Istri presenter ternama Australia, Waleed Aly, itu memutuskan pindah sebagai muslim setelah belajar tentang banyak agama selama dua tahun.

"Melalui perjalananku belajar agama, akhirnya aku memutuskan masuk Islam. Aku sudah berpikir dengan matang pada akhirnya ada sesuatu yang tahu hanya aku dan Allah untuk masuk Islam tanpa paksaan atau pengaruh seorang pria," cerita Susan dilansir dari Power House Museum dan Muslim Village.

Susan pun memberitahukan sang ibunda mengenai perpindahannya. Ia sudah mempersiapkan diri untuk menerima reaksi dari orangtuanya Ketika pertamakali ibunya tahu ia masuk Islam, ibunda pun menangis. Ia menyebut Susan menjadi korban dari Islam. "Meski tak suka, tapi ibu tetap memelukku sambil menangis," tambahnya.

Beberapa hari setelah memutuskan hijrah ke Islam, Susan langsung berhijab. Ibunda seolah tidak bisa terima dengan perpindahan agama putrinya tercinta. Selama kurang lebih delapan tahun, ia mengalami masa-masa sulit dalam berhubungan dengan sang ibunda.

Seiring berjalannya waktu, hati ibunda pun melunak. Susan mengatakan kini hubungan mereka sudah jauh lebih baik. Bahkan ibunya pernah membelikannya syal dan mengirimkan hadiah kepada dua anaknya saat Idul Fitri.

Wanita yang berhasil meraih gelar doktornya di Monash University, Melbourne, Australia, itu mengatakan ia menyukai agamanya tanpa keraguan. Ia pun bangga menjadi seorang muslimah.

"Orang yang paling mengagumkan dan paling inspiratif yang pernah aku temui selama mempelajari banyak agama adalah muslim. Sebelum memeluk Islam, aku pernah mencoba masuk ke dalam forum Muslim. Aku berusaha berkenalan dan menjalin komunikasi dengan beberapa perempuan Muslim yang sedang belajar di universitas. Aku banyak bertanya dan mereka selalu menjawabnya dengan sabar dan lembut," ujarnya kemudian.

Susan juga menyebutkan selama perjalanannya hingga memeluk Islam, banyak orang mengatakan hal-hal buruk tentang masyarakat muslim. Namun ia bukan wanita yang langsung menelan kata-kata orang lain mentah-mentah. Susan pun mencari tahu. Bukan sesuatu yang ditemukannya tapi justru kedamaian.

"Banyak media dan orang-orang memberitakan perilaku buruk masyarakat Muslim. Saat aku mencaritahunya sendiri aku malah menemukan Islam adalah agama yang damai, adil, indah, dan memiliki keseimbangan antara spiritual dan intelektual," pungkasnya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : LifeStyle
Sumber:Detik.com
wwwwww