Malapraktik Perbesar Alat Kelamin Pria di Indonesia Curi Perhatian Dunia

Malapraktik Perbesar Alat Kelamin Pria di Indonesia Curi Perhatian Dunia

Dokter ahli urologi di Melbourne (kiri ke kanan) dr Kuncoro Adi, dr Paksi Satyagraha, dr Aaron Tigor, dr Boyke Soebhali.

Senin, 19 Oktober 2015 21:35 WIB
MELBOURNE, POTRETNEWS.com - Dalam konferensi internasional yang digelar oleh para ahli urologi sedunia atau Societe Internationale d'Urologie (SIU) di Melbourne, Indonesia mendapat banyak pengakuan. Dua di antaranya adalah kasus memperbesar alat kelamin pria dengan suntikan berbahaya dan penggunaan teknologi yang dianggap terjangkau dalam menangani kasus yang berkaitan dengan saluran kemih.

Cukup banyak pria di Indonesia yang menginginkan ukuran kelaminnya lebih besar, tetapi banyak pula di antara mereka yang melakukannya tanpa pertimbangan medis.

Kasus paraffinoma, atau memperbesar penis dengan suntikan, termasuk yang banyak ditemukan di Indonesia.

"(Ada) 209 kasus mengenai paraffinoma pasien. Mereka menyuntik penisnya dengan minyak, bisa minyak rambut ataupun minyak kasuari," ujar dokter Boyke Soebahli, ahli urologi dari RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda.

Boyke memaparkan laporan tersebut dalam acara kongres ahli urologi sedunia yang diadakan di Melbourne, Jumat (16/10/2015).

Pemaparannya mendapatkan kekaguman dari sejumlah pakar urologi asal negara lain. Tak hanya itu, dr Boyke pun mendapatkan penghargaan atas salah satu pemaparan terbaik dalam kategori rekonstruksi urologi.

"Kasus ini menjadi unik di Asia, dan yang terbanyak memang terjadi di wilayah timur Indonesia. Beberapa laporan juga ditemukan di negara Asia Tenggara lainnya dan kawasan Timur Tengah," ujarnya.

Menurut dr Boyke, malapraktik dengan menyuntikkan benda asing ke alat kelamin pria tersebut menimbulkan komplikasi kulit penis yang mengeras dan tidak bisa berhubungan seks karena nyeri yang dirasakan.

Boyke mengaku, setidaknya ia menangani satu kasus paraffinoma setiap minggunya, meski ia berpendapat bahwa jumlah kasus tersebut menurun.

Tak hanya dr Boyke, dr Kuncoro Adi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung juga mendapat sambutan luar biasa di Symposium on Affordable New Technologies in Urology (SANTU).

SANTU adalah forum yang mengangkat terobosan-terobosan teknologi terbaru dan terjangkau yang bisa digunakan dalam operasi berkaitan dengan saluran kemih. Simposium ini pun merupakan bagian dari kongres internasional urologi.

Kuncoro memaparkan soal penggunaan tabung untuk mengeluarkan bekuan darah di kantong kencing.

"Penggunaan selang yang biasanya dimasukkan ke dalam lambung ini saya pakai untuk penggunaan evakuasi bekuan darah di kantong kencing dengan tambahan teknologi endoskopi," ujarnya.

Biasanya operasi yang dilakukan cukup besar, tetapi teknologi yang ditemukan dr Kuncoro membuat bekuan darah lebih mudah dikeluarkan dalam waktu yang lebih cepat. Tidak hanya itu, tingkat risikonya lebih kecil jika dibandingkan metode lain, seperti Ellik Evakuator.

"Di institutsi saya (RSHS Bandung), teknologi ini sudah dipakai untuk menangani 20 kasus dalam enam bulan," ujarnya.

Dua pengakuan terhadap penemuan dan laporan ahli urologi asal Indonesia ini menjadi bukti bahwa dunia kedokteran Indonesia tidak ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Secara umum, sebenarnya dokter Indonesia memiliki kelebihan dalam jumlah kasus karena jumlah penduduk yang termasuk paling banyak di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat," kata dr Kuncoro.

"Jadi seandainya semua dokter Indonesia mau mengumpulkan jumlah kasus yang dikerjakan dalam bentuk data, setidaknya epidemiologi data, saya rasa kita bisa semakin dikenal karena ada kekhususan kasus di setiap negara, termasuk Indonesia, yang mungkin tidak dimiliki negara lain."

Kongres internasional di bidang urologi dilaksanakan setiap tahun. Melbourne menjadi kota tuan rumah untuk kongres internasional yang ke-35.

Ada sekitar 40 ahli urologi dari seluruh penjuru Indonesia yang turut hadir dalam konferensi tersebut.

Tak hanya itu, Indonesia untuk kali pertama diberikan kesempatan oleh komite internasional dalam membuat simposium tersendiri sebagai bagian dari acara konferensi.

"Ini menjadi media bagi ahli urologi Indonesia untuk tampil di dunia internasional.... Baru kali ini kita mendapat tempat secara organisasi, tidak lagi individu," ujar dr Lukman Hakim, yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Urologi Indonesia.

"Saya senang sekali karena simposium khusus yang diselenggarakan Indonesia bisa dilaksanakan dengan lancar, ditambah dengan penghargaan yang diterima dua ahli urologi muda asal Indonesia," kata dr Lukman yang juga menjadi chairman dari SANTU.

Ia berharap, apa yang telah dicapai di Melbourne menjadi pendorong bagi ahli urologi lain di Indonesia untuk terus melakukan terobosan hingga semakin banyak dikenal di dunia internasional. ***

(Farid Mansyur)
Kategori : Kesehatan
Sumber:Kompas.com
wwwwww