Ini Kepala Sekolah Termuda se-Indonesia dengan Segudang Prestasi

Ini Kepala Sekolah Termuda se-Indonesia dengan Segudang Prestasi

Etyk Nurhayati.

Jum'at, 27 November 2015 10:56 WIB
BANTUL, POTRETNEWS.com - Tidak banyak orang yang mengenal Etyk Nurhayati (35) seorang guru Matematika sekaligus Kepala Sekolah di MTsN Piyungan Bantul. Di balik sikapnya yang ramah dan murah senyum, Etyk rupanya juga menyimpan segudang prestasi. Pada tanggal 17 Oktober 2015, Etyk menyabet juara 1 guru berprestasi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

"Saya ikut seleksi guru berprestasi bulan April lalu. Setelah menang ditingkat Kabupaten, naik ke Provinsi, lalu ke nasional. Di nasional saya juara 1," katanya saat ditemui merdeka.com di MTsN Piyungan, Bantul, Rabu (25/11/2015).

Prestasi tersebut didapatnya tidak dengan begitu saja. Ada perjuangan yang harus dilakukan oleh Etyk untuk mendapatkan juara itu. Mulai dari portofolio hingga presentasi di hadapan dewan juri.

"Saya harus presentasi penelitian yang pernah saya buat. Kebetulan saya banyak sekali penelitian, salah satunya penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)," ungkapnya.

Tidak hanya prestasi itu, Etyk juga merupakan kepala sekolah MTsN termuda se-Indonesia. Di usianya yang ke-35, ibu tiga anak ini sudah berhasil menduduki jabatan tertinggi di sekolah.

"Tahun ini Kemenag membuat assesment untuk kepala sekolah. Saya kemudian ikut di assesment itu. Dari 40an peserta, empat orang saja yang terjaring. Termasuk saya. Akhirnya jadi kepala sekolah di sini," tambahnya.

Selama karirnya menjadi guru sejak tahun 2005, Etyk banyak melakukan perubahan di sekolah tempatnya mengajar. Dia bahkan menyediakan waktu setiap hari Selasa dan Minggu untuk memberikan les Matematika secara gratis di rumahnya.

"Selasa itu untuk tetangga yang usia SD-SMP, boleh datang bawa PR matematika, kadang malah ada PR pelajaran lainnya. Kalau Minggu, murid-murid di sini. Itu kemauannya mereka sendiri," ungkapnya.

Salah satu kunci sukses Etyk menjadi guru adalah mengajar sepenuh hati. Sebab menurutnya, jika mengajar tidak menggunakan hati, maka siswa sulit untuk bisa memahami.

"Kalau pakai hati maka masuk hati, tapi kalau mengajar pakai lidah, jangankan pikiran, telinga saja kadang tidak mau mendengar. Intinya guru harus menyenangkan dulu, siswa akan muda menerima pelajaran," tandasnya. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Profil
Sumber:Merdeka.com
wwwwww